Jumat, 12 Desember 2008

Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak

Oleh : Jalaluddin Rakhmat

Waktu itu, dini hari, di sebuah rumah sederhana. Rahman dan isterinya
terbangun karena mendengar derak pintu terbuka. Dipasangnya telinganya
tajam-tajam. Mereka yakin suara itu berasal dari kamar anaknya, yang berusia
tujuh tahun. Langkah-langkah kecil, terdengar seperti berjingkat-jingkat,
bergerak menuju satu-satunya kamar mandi di rumah itu. Mereka mendengar
suara air mengalir yang disusul dengan suara gerakan membasuh.

Langkah-langkah kecil itu kembali ke kamarnya. Walaupun sayup, karena
dinihari yang hening, mereka mendengar suara
bacaan Al-Quran. Anak itu rupanya sedang melakukan salat malam. Tiba-tiba
keduanya merasakan airmata hangat membasahi pipinya.

Kisah ini disampaikan kepada saya oleh Pak Rahman, ketika saya masih
menjadi guru mengaji anak-anak di kampung
tempat tinggal saya. Karena kejadian itu, kedua orang tua itu mulai
melakukan salat dan meninggalkan perjudian populer- lotto. Ini terjadi
kira-kira tiga puluh tahun yang lalu. Saya mendengar kejadian lain yang
hampir mirip dengan itu dua atau tiga tahun yang lalu.

Kali ini, saya menjadi direktur SMU (Plus) Muthahhari. Seorang ibu, orang
tua murid yang baru lulus, datang dari Banten. Ia
meminta bantuan saya untuk mengirim Rahmat ke Jerman. Ia sudah meyakinkan
anaknya bahwa ia tidak akan mampu untuk membiayainya. Tetapi anaknya
berulang-kali meyakinkan orangtuanya, bahwa Tuhan pasti akan memberikan
jalan.

Di tengah-tengah pembicaraan, ibu itu bercerita tentang perubahan perilaku
anaknya setelah masuk sekolah kami. Waktu
pulang kampung, ia banyak menaruh perhatian pada tetangga-tetangganya yang
miskin. Menjelang Lebaran, seperti biasanya,
ibu itu memberi anaknya uang untuk membeli pakaian baru. Rahmat menerima
uang itu seraya minta izin untuk memberikannya pada tukang becak
tetangganya. Uang ini jauh lebih berharga bagi dia ketimbang saya, Bu, kata
Rahmat. Ibunya bercerita sambil meneteskan airmata.

Kedua kisah nyata di atas menyajikan contoh anak yang cerdas secara
spiritual. Keduanya terjadi jauh sebelum konsep
kecerdasan spiritual ramai diperbincangkan. Karena saya tidak ingin
bertele-tele mendiskusikan apa yang disebut SQ, dan hanya untuk menyamakan
pengertian SQ, saya akan mengutip lima karakteristik orang yang cerdas
secara spiritual menurut Roberts A. Emmons, The Psychology of Ultimate
Concerns:

(1) kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik dan material;
(2) kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak;
(3) kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari-hari;
(4) kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual buat menyelesaikan
masalah;
(5) dan kemampuan untuk berbuat baik

Dua karakteristik yang pertama sering disebut sebagai komponen inti
kecerdasan spiritual. Anak yang merasakan kehadiran Tuhan atau makhluk
ruhaniyah di sekitarnya mengalami transendensi fisikal dan material. Ia
memasuki dunia spiritual. Ia mencapai kesadaran kosmis yang menggabungkan
dia dengan seluruh alam semesta. Ia merasa bahwa alamnya tidak terbatas pada
apa yang disaksikan dengan alat-alat indrianya. Anak Pak Rahman pada kisah
pertama memiliki kedua ciri ini, terutama ketika ia menyampaikan doa-doa
personalnya dalam salat malamnya.

Sanktifikasi pengalaman sehari-hari, ciri yang ketiga, terjadi ketika kita
meletakkan pekerjaan biasa dalam tujuan yang agung. Konon, pada abad
pertengahan seorang musafir bertemu dengan dua orang pekerja yang sedang
mengangkut batu-bata. Salah seorang di antara mereka bekerja dengan muka
cemberut, masam, dan tampak kelelahan. Kawannya justru bekerja dengan ceria,
gembira, penuh semangat. Ia tampak tidak kecapaian. Kepada keduanya
ditanyakan pertanyaan yang sama, Apa yang sedang Anda kerjakan? Yang
cemberut menjawab, Saya sedang menumpuk batu. Yang ceria berkata, Saya
sedang membangun katedral! Yang kedua telah mengangkat pekerjaan menumpuk
bata pada dataran makna yang lebih luhur. Ia telah melakukan sanktifikasi.

Orang yang cerdas secara spiritual tidak memecahkan persoalan hidup hanya
secara rasional atau emosional saja. Ia menghubungkannya dengan makna
kehidupan secara spiritual. Ia merujuk pada warisan spiritual seperti
teks-teks Kitab Suci atau wejangan orang-orang suci untuk memberikan
penafsiran pada situasi yang dihadapinya, untuk melakukan definisi situasi.
Ketika Rahmat diberitahu bahwa orang tuanya tidak akan sanggup
menyekolahkannya ke Jerman, ia tidak putus asa. Ia
yakin bahwa kalau orang itu bersungguh-sungguh dan minta pertolongan kepada
Tuhan, ia akan diberi jalan. Bukankah Tuhan
berfirman, Orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, Kami akan
berikan kepadanya jalan-jalan Kami? Bukankah Heinrich Heine memberikan
inspirasi dengan kalimatnya Den Menschen macht seiner Wille groß und klein?
Rahmat memiliki
karakteristik yang keempat.

Tetapi Rahmat juga menampakkan karakteristik yang kelima: memiliki rasa
kasih yang tinggi pada sesama makhluk Tuhan. The fifth and final component
of spiritual intelligence refers to the capacity to engage in virtuous
behavior: to show forgiveness, to express gratitude, to be humble, to
display compassion and wisdom, tulis Emmons. Memberi maaf, bersyukur atau
mengungkapkan terimakasih, bersikap rendah hati, menunjukkan kasih sayang
dan kearifan, hanyalah sebagian dari kebajikan.
Karakteristik terakhir ini mungkin disimpulkan dalam sabda nabi Muhammad
saw, Amal paling utama ialah engkau masukkan
rasa bahagia pada sesama manusia.


Kiat-kiat mengembangkan SQ anak

Dengan pengertian di atas, berikut ini saya sampaikan secara singkat
kiat-kiat untuk mengembangkan SQ anak-anak kita:
(1) Jadilah kita gembala spiritual yang baik,
(2) bantulah anak untuk merumuskan missi hidupnya,
(3) baca kitab suci bersama-sama dan jelaskan maknanya dalam kehidupan kita,
(4) ceritakan kisah-kisah agung dari tokoh-tokoh spiritual,
(5) diskusikan berbagai persoalan dengan perspektif ruhaniah,
(6) libatkan anak dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan,
(7) bacakan puisi-puisi, atau lagu-lagu yang spiritual dan inspirasional,
(8) bawa anak untuk menikmati keindahan alam,
(9) bawa anak ke tempat-tempat orang yang menderita, dan
(10) ikut-sertakan anak dalam kegiatan-kegiatan sosial.


Jadilah gembala spiritual.

Orang tua atau guru yang bermaksud mengembangkan SQ anak haruslah seseorang
yang SUDAH mengalami kesadaran
spiritual juga. Ia sudah mengakses sumber-sumber spiritual untuk
mengembangkan dirinya. Seperti disebutkan di atas yakni
karakteristik orang yang cerdas secara spiritual, ia harus dapat merasakan
kehadiran dan peranan Tuhan dalam hidupnya.

Spriritual intelligence is the faculty of our non-material dimension- the
human soul, kata Khalil Khavari. Ia harus sudah
menemukan makna hidupnya dan mengalami hidup yang bermakna. Ia tampak pada
orang-orang di sekitarnya sebagai orang yang berjalan dengan membawa cahaya.
(Al-Quran 6:122) Ia tahu ke mana ia harus mengarahkan bahteranya. Ia pun
menunjukkan tetap bahagia di tengah taufan dan badai yang melandanya.
Spiritual intelligence empowers us to be happy in spite of circumstances and
not because of them, masih kata Khavari. Bayangkanlah masa kecil kita
dahulu. Betapa banyaknya
perilaku kita terilhami oleh orang-orang yang sekarang kita kenal sebagai
orang yang berSQ tinggi. Dan orang-orang itu boleh
jadi orang-tua kita, atau guru kita, atau orang-orang kecil di sekitar kita.

Rumuskan missi hidup.

Nyatakan kepada anak bahwa ada berbagai tingkat tujuan, mulai dari tujuan
paling dekat sampai tujuan paling jauh, tujuan akhir kita. Kepada saya
datang seorang anak muda dari Indonesia bagian timur. Ia meminta bantuan
saya untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi swasta, setelah gagal di
UMPTN. Ia tidak punya apa pun kecuali kemauan. Sayang, ia belum bisa
merumuskan keinginannya dalam kerangka missi yang luhur.

Berikut ini adalah cuplikan percakapan kami:

- Saya ingin belajar, Pak
= Untuk apa kamu belajar?
- Saya ingin mendapat pekerjaan.
= Jika belajar itu hanya untuk dapat pekerjaan, saya beri kamu
pekerjaan. Tinggallah di rumahku. Cuci mobilku, dan saya bayar.
- Saya ingin belajar, Pak
= Untuk apa kamu belajar?
- Saya ingin mendapat pengetahuan
= Jika tujuan kamu hanya untuk memperoleh pengetahuan, tinggallah
bersamaku. Saya wajibkan kamu setiap hari untuk
membaca buku. Kita lebih banyak memperoleh pengetahuan dari buku ketimbang
sekolah.
- Tetapi saya ingin masuk sekolah.
= Untuk apa kamu masuk sekolah?
- Saya bingung, Pak.

Saya sebenarnya ingin mengarahkan dia untuk memahami tujuan luhur dia.
Dengan menggunakan teknik what then, señor
dalam anekdot Danah Zohar, kita dapat membantu anak untuk menemukan
missinya. Jika kamu sudah sekolah, kamu mau apa? Aku mau jadi orang pintar.
Jika sudah pintar, mau apa, what then? Dengan kepintaranku, aku akan
memperoleh pekerjaan yang bagus. Jika sudah dapat pekerjaan, mau apa? Aku
akan punya duit banyak.Jika sudah punya duit banyak, mau apa? Aku ingin
bantu orang miskin, yang di negeri kita sudah tidak terhitung jumlahnya.
Sampai di sini, kita sudah membantu anak untuk menemukan tujuan hidupnya.

Baca Kitab Suci.

Setiap agama pasti punya kitab suci. Begitu keterangan guru-guru kita.
Tetapi tidak setiap orang menyediakan waktu khusus untuk memperbincangkan
kitab suci dengan anak-anaknya. Di antara pemikir besar islam, yang
memasukkan kembali dimensi
ruhaniah ke dalam khazanah pemikiran Islam, adalah Dari Muhammad Iqbal.
Walaupun ia dibesarkan dalam tradisi intelektual
barat, ia melakukan pengembaraan ruhaniah bersama Jalaluddin Rumi dan
tokoh-tokoh sufi lainnya. Boleh jadi, yang membawa Iqbal ke situ adalah
pengalaman masa kecilnya. Setiap selesai salat Subuh, ia membaca Al-Quran.
Pada suatu hari, bapaknya berkata, Bacalah Al-Quran seakan-akan ia
diturunkan untukmu! Setelah itu, kata Iqbal, aku merasakan Al-Quran
seakan-akan berbicara kepadaku.

Ceritakan kisah-kisah agung.

Anak-anak, bahkan orang dewasa, sangat terpengaruh dengan cerita. Manusia,
kata Gerbner, adalah satu-satunya makhluk yang suka bercerita dan hidup
berdasarkan cerita yang dipercayainya. Para Nabi mengajar umatnya dengan
parabel atau kisah perumpamaan. Para sufi seperti Al-Attar, Rumi, Sadi
mengajarkan kearifan perenial dengan cerita. Sekarang Jack
Canfield memberikan inspirasi pada jutaan orang melalui Chicken Soup-nya.
Kita tidak akan kekurangan cerita luhur, bila kita
bersedia menerima cerita itu dari semua sumber. Saya senang berdiskusi
dengan anak-anak saya bukan hanya kisah-kisah Islam saja, juga cerita-cerita
dalam Alkitab, kisah-kisah dari Cina dan India, mitologi Yunani,
dongeng-dongeng dari berbagai tempat di tanah air, sejak kisah-kisah
pewayangan di Jawa sampai dongeng-dongeng dari Maluku. Begitu pula, saya
membaca cerita-cerita Andersen, fabel-fabelnya Jean de la Fontaine, sampai
Crayon Sin Chan. Saya selalu menemukan pelajaran berharga di dalamnya. Saya
bagikan pelajaran itu pada anak-anak saya, yang dilahirkan baik oleh isteri
saya, maupun oleh isteri-isteri orang lain (misalnya, yang saya ajar di
sekolah saya).

Diskusikan berbagai persoalan dengan perspektif ruhaniah.

Melihat dari perspektif ruhaniah artinya memberikan makna dengan merujuk
pada Rencana Agung Ilahi (divine grand Design). Mengapa hidup kita
menderita? Kita sedang diuji Tuhan. Dengan mengutip Rumi secara bebas,
katakan kepada anak kita bahwa bunga mawar di taman bunga hanya merekah
setelah langit menangis. Anak kecil tahu bahwa ia hanya akan memperoleh air
susu dari dada ibunya setelah menangis. Penderitaan adalah cara Tuhan untuk
membuat kita menangis. Menangislah supaya Sang Perawat Agung memberikan susu
keabadian kepadamu. Mengapa kita bahagia? Perhatikan bagaimana Tuhan selalu
mengasihi kita, berkhidmat melayani keperluan kita, bahkan jauh sebelum kita
dapat menyebut asma-Nya.

Libatkan anak dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan.

Kegiatan agama adalah cara praktis untuk tune in dengan Sumber dari Segala
Kekuatan. Ambillah bola lampu listrik di rumah Anda. Bahaslah bentuknya,
strukturnya, komponen-komponennya, kekutan cahayanya, voltasenya, dan
sebagainya. Anda
pasti menggunakan sains. Kegiatan agama adalah kabel yang menghubungkan bola
lampu itu dengan sumber cahaya. Sembahyang, dalam bentuk apa pun, mengangkat
manusia dari pengalaman fisikal dan material ke pengalaman spiritual. Untuk
itu, kegiatan keagamaan tidak boleh dilakukan dengan terlalu banyak
menekankan hal-hal yang formal. Berikan kepada anak-anak kita makna batiniah
dari setiap ritus yang kita lakukan. Sembahyang bukan sekedar kewajiban.
Sembahyang adalah kehormatan untuk menghadap Dia yang Mahakasih dan
Mahasayang!

Bacakan puisi-puisi, atau lagu-lagu yang spiritual dan inspirasional.

Seperti kita sebutkan di atas, manusia mempunyai dua fakultas; fakultas
untuk mencerap hal-hal material dan fakultas untuk
mencerap hal-hal spiritual. Kita punya mata lahir dan mata batin. Ketika
kita berkata masakan ini pahit, kita sedang menggunakan indra lahiriah
kita. Tetapi ketika kita berkata keputusan ini pahit, kita sedang
menggunakan indra batiniah kita. Empati, cinta, kedamaian, keindahan hanya
dapat dicerap dengan fakultas spiritual kita (Ini yang kita sebut sbg SQ).
SQ harus dilatih. Salah satu cara melatih SQ ialah menyanyikan lagu-lagu
ruhaniah atau membacakan puisi-puisi. Jika Plato berkata pada sentuhan cinta
semua orang menjadi pujangga, kita dapat berkata pada sentuhan puisi semua
orang menjadi pecinta.

Bawa anak untuk menikmati keindahan alam.

Teknologi moderen dan kehidupan urban membuat kita ter-alienasi dari alam.
Kita tidak akrab lagi dengan alam. Setiap hari kita berhubungan dengan alam
yang sudah dicemari, dimanipulasi, dirusak. Alam tampak di depan kita
sebagai musuh setelah kita memusuhinya. Bawalah anak-anak kita kepada alam
yang relatif belum banyak tercemari. Ajak mereka naik ke puncak
gunung. Rasakan udara yang segar dan sejuk. Dengarkan burung-burung yang
berkicau dengan bebas. Hirup wewangian alami. Ajak mereka ke pantai. Rasakan
angin yang menerpa tubuh. Celupkan kaki kita dan biarkan ombak kecil
mengelus-elus jemarinya. Dan seterusnya. Kita harus menyediakan waktu khusus
bersama mereka untuk menikmati ciptaan Tuhan, setelah setiap hari kita
dipengapkan oleh ciptaan kita sendiri.

Bawa anak ke tempat-tempat orang yang menderita.

Nabi Musa pernah berjumpa dengan Tuhan di Bukit Sinai. Setelah ia kembali ke
kaumnya, ia merindukan pertemuan dengan
Dia. Ia bermunajat, Tuhanku, di mana bisa kutemui Engkau. Tuhan berfirman,
Temuilah aku di tengah-tengah orang-orang
yang hancur hatinya. Di sekolah kami ada program yang kami sebut sebagai
spiritual camping. Kami bawa anak-anak ke daerah pedesaan, di mana alam
relatif belum terjamah oleh teknologi. Malam hari, mereka mengisi waktunya
dengan beribadat
dan tafakkur. Siang hari mereka melakukan action research, untuk mencari dan
meneliti kehidupan orang yang paling miskin di sekitar itu. Seringkali,
ketika mereka melaporkan hasil penelitian itu, mereka menangis. Secara
serentak, mereka menyisihkan
uang mereka untuk memberkan bantuan. Dengan begitu, mereka dilatih untuk
melakukan kegiatan sosial juga.

Ikut-sertakan anak dalam kegiatan-kegiatan sosial.

Saya teringat cerita nyata dari Canfield dalam Chicken Soup for the Teens.
Ia bercerita tentang seorang anak yang catatan
kejahatannya lebih panjang dari tangannya. Anak itu pemberang, pemberontak,
dan ditakuti baik oleh guru maupun kawan-
kawannya Dalam sebuah acara perkemahan, pelatih memberikan tugas kepadanya
untuk mengumpulkan makanan untuk
disumbangkan bagi penduduk yang termiskin. Ia berhasil memimpin
kawan-kawannya untuk mengumpulkan dan membagikan makanan dalam jumlah yang
memecahkan rekor kegiatan sosial selama ini. Setelah makanan, mereka
mengumpulkan selimut dan alat-alat rumah tangga. Dalam beberapa minggu saja,
anak yang pemberang itu berubah menjadi anak yang lembut dan penuh kasih.
Seperti dilahirkan kembali, ia menjadi anak yang baik rajin, penyayang, dan
penuh tanggung jawab.

==========
[6:54]... kataba rabbukum 'ala nafsihi rahmah...

Allahumma a'inni 'ala dzikrika wasyukrika wahusni 'ibadatika

Kamis, 13 November 2008

Buat para istri dan suami

(untuk di-share kepada suami / istrinya )
dan para calon istri/suami.... semoga bermanfaat

Kiat-Kiat Memikat Hati Suami
Tgl. publikasi: 18/7/2001 16:39 WIB

eramuslim - Disayang suami? Siapa yang tidak mau.
Kasih dan sayang adalah wujud nyata cinta seorang
suami kepada istrinya. Dengan karunia kasih dan sayang
pula, rumah tangga bak surga yang senantiasa
menghadirkan kesejukan. Namun ternyata, tidak sedikit
istri-istri yang merasa kesulitan mendapatkan kasih
sayang suami itu. Atau setidaknya, mulai merasa 'ada
yang hilang' dari hati suami dibanding tahun-tahun
pertama mengarungi bahtera rumah tangga yang penuh
keindahan.

Jika demikian, tentu Anda merasa bahwa suami sudah
tidak menyayangi Anda. Tidak! jangan melulu salahkan
suami atas perubahan sikap yang terjadi terhadap Anda.
Karena bisa jadi Andalah penyebab segala perubahan
sikap suami itu. Oleh karena itu, sekedar
mengingatkan, apa salahnya jika Anda kembali
memperhatikan hal-hal berikut yang barangkali sudah
terlupakan bahkan Anda tinggalkan.

Pertama, Laki-laki gemar diberi perhatian akan hal-hal
remeh yang berkaitan dengan dirinya. Dia akan senang
jika istrinya mengenakan kancing bajunya, mengelap
sepatunya, memotong kukunya, dan sebagainya.

Sabda Rasulullah SAW, "Ya Fatimah, barangsiapa wanita
meminyakkan rambut dan janggut suaminya serta memotong
kumisnya dan mengerat kukunya, Allah akan memberinya
minum air dari sungai-sungai di surga, diringankan
baginya sakaratul maut, akan didapatinya kuburnya
menjadi sebuah taman surga, Allah mencatatkan baginya
bebas dari api neraka, dan selamat dari titian
shirat,"

Kedua, Pernahkah anda dipanggil suami ketika sedang
memasak atau melakukan pekerjaan lain? Anda wajib
memenuhi panggilannya. Tinggalkan semua pekerjaan dan
tunaikan permintaannya.

Ketiga, Kebanyakan laki-laki cukup cerewet dengan
kebersihan. Mereka akan bosan apabila istri
menyambutnya dengan rupa yang semrawut dan kusut,
anak-anak yang lusuh dan kumuh dan rumah yang 'bak
kapal pecah'. Sesibuk apapun Anda, persiapkan diri
sebaik mungkin menyambut kepulangan suami dengan penuh
senyum keihklasan.

Keempat, Laki-laki suka dilayani seperti raja oleh
seorang istri yang memiliki sifat keibuan. Dia suka
jika istrinya membantu mengelap peluhnya, menyediakan
keperluan untuk mandi dan berdiri ketika ia hendak
pergi atau kembali. Ungkapan-ungkapan seperti, "Mas,
mau mandi dulu, makan dulu atau tidur dulu," tatkala
suami baru tiba, cukup untuk membuat senyum suami
mengembang dan mengurangi penat dan lelah yang
dirasanya.

Kelima, Laki-laki suka dipuji. Jangan lupa! Hargai
setiap barang pemberiannya meskipun tidak bagus atau
tidak seberapa nilainya. Sekedar ucapan 'terima kasih'
dari seorang istri ketika menerima pemberian, sangat
dalam maknanya dan membekas di hati suami.

Keenam, Laki-laki akan bosan jika istrinya 'cerewet'
dan selalu bertanya, hendak kemana, acara apa ... dan
sebagainya.

Ketujuh, Ada sebagian laki-laki mengatakan, istri yang
menghidangkan makanan tanpa menemaninya makan, sama
halnya seperti memberi makan kucing. Anda mesti
menemaninya meskipun sekedar satu suapan.

Thabit al-Bannani berkata, "Terdapat seorang wanita
dari Bani Israil yang buta sebelah matanya, yang
sangat baik pekertinya terhadap suaminya. Apabila dia
menghidangkan makanan di hadapan suaminya, dipegangnya
pelita sampai suaminya selesai makan. Pada suatu
malam, pelitanya kehabisan sumbu, lalu diambilnya
rambutnya untuk dijadikan sumbu. Esok harinya, matanya
yang buta kembali melihat. Allah memuliakannya karena
rasa hormatnya kepada suami."

Kedelapan, Laki-laki senang dengan kafasihan istrinya
dalam berkata-kata, bijak dalam bertindak dan menjadi
partner yang baik dalam berdiskusi. Tingkatkan
kualitas intelektual Anda dengan banyak membaca buku
dan gali berbagai informasi. Sebab, kebanyakan
laki-laki tidak suka dengan wanita yang banyak omong
tapi tak bermakna.

Kesembilan, Kebanyakan laki-laki beranggapan, 'Baiti
Jannatii ... Rumahku adalah surgaku dan penenang
pikiranku. Jadi sudah sewajarnya Anda senantiasa
memelihara suasana rumah dan berperan sebagai bidadari
di dalamnya.

Kesepuluh, Kalau Anda ingin suami berlama-lama di
rumah, jangan sambut kepulangannya dengan berbagai
masalah anak-anak dan urusan dapur. Mulailah
pembicaraan yang menyenangkan, karena suami butuh
penyegaran setelah seharian berkutat dengan masalah di
kantor.

Kesebelas, Tidak sedikit suami yang menyukai istri
yang kreatif dalam soal memasak dan menghias rumah
serta mengurus diri dalam melayani suami.

Keduabelas, Tempat tidur bukan sekedar rahasia
suami-istri. Melainkan juga tempat ternyaman bagi
suami-istri untuk saling berbagi dan mencurahkan
perasaan. Jadikan dia kamar yang eksklusif dan
pribadi. Suami tidak suka ruang tidurnya dimasuki
orang tanpa seizinnya.

Ketigabelas, Pantang bagi suami jika tidurnya
terganggu, karena hal itu hanya akan membuatnya marah.
Jauhkan anak-anak darinya ketika sedang tidur. Atau
berusaha meminimalisir kegaduhan yang timbul dari
aktifitas rumah atau dapur.

Keempatbelas, Pantang bagi suami jika istrinya menolak
keinginannya, kecuali jika istrinya sakit. "Apabila
suami memanggilnya ke tempat tidur tetapi ditolaknya
hingga suami marah, maka wanita itu tidur dalam laknat
malaikat hingga pagi hari," (Muttafaqqun Alaihi)

Kelimabelas, Hanya ketaqwaan Anda yang dapat menguasai
ego suami dan membantunya membentuk pribadi muslim
yang tangguh dan menjadi suami ideal.

Lelaki tidak mudah tertambat hatinya dengan ungkapan
"cinta". Tetapi cukup dengan keluhuran Anda dalam
berkorban untuk taat dan menyayangi dirinya. Karena
kaum laki-laki hanya keras pikirannya, tapi sensitif
perasaannya. (bay/berbagai sumber)

Jumat, 08 Agustus 2008

Wasiat Nabi S.A.W

Dalam sebuah kesempatan sahabat Abu Dzar a-Ghifffari r.a pernah
bercakap-cakap dalam waktu yang cukup lama dengan Rasulullah S.a.w.
Diantara isi percakapan tersebut adalah wasiat beliau kepadanya. Berikut
petikannya ;

Aku berkata kepada Nabi S.a.w, "Ya Rasulullah, berwasiatlah kepadaku."
Beliau bersabda, "Aku wasiatkan kepadamu untuk bertaqwa kepada Allah,
karena ia adalah pokok segala urusan." "Ya Rasulullah, tambahkanlah."
pintaku.

"Hendaklah engkau senantiasa membaca Al Qur`an dan berdzikir kepada
Allah azza wa jalla, karena hal itu merupakan cahaya bagimu dibumi dan
simpananmu dilangit."
"Ya Rasulullah, tambahkanlah." kataku.
"Janganlah engkau banyak tertawa, karena banyak tawa itu akan mematikan
hati dan menghilangkan cahaya wajah."
"Lagi ya Rasulullah."
"Hendaklah engkau pergi berjihad karena jihad adalah kependetaan ummatku."
"Lagi ya Rasulullah."
"Cintailah orang-orang miskin dan bergaullah dengan mereka."
"Tambahilah lagi."
"Katakanlah yang benar walaupun pahit akibatnya."
"Tambahlah lagi untukku."
"Hendaklah engkau sampaikan kepada manusia apa yang telah engkau ketahui
dan mereka belum mendapatkan apa yang engkau sampaikan. Cukup sebagai
kekurangan bagimu jika engkau tidak mengetahui apa yang telah diketahui
manusia dan engkau membawa sesuatu yang telah mereka dapati (ketahui)."

Kemudian beliau memukulkan tangannya kedadaku seraya bersabda,"Wahai Abu
Dzar, Tidaklah ada orang yang berakal sebagaimana orang yang mau
bertadabbur (berfikir), tidak ada wara` sebagaimana orang yang menahan
diri (dari meminta), tidaklah disebut menghitung diri sebagaimana orang
yang baik akhlaqnya."

Itulah beberapa wasiat emas yang disampaikan Rasulullah S.a.w kepada
salah seorang sahabat terdekatnya. Semoga kita dapat meresapi dan
mengamalkan wasiat beliau. Wallahu A`lam.

Oleh :
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Jumat, 13 Juni 2008

SHALAT

Dikisahkan ada seorang manusia yang bertemu dengan
setan di waktu subuh. Entah bagaimana awalnya,
akhirnya mereka berdua sepakat mengikat tali
persahabatan. Ketika waktu subuh berakhir dan orang
itu tidak mengerjakan shalat, maka setan pun sambil
tersenyum bergumam,
"Orang ini memang pantas menjadi sahabatku..!"

Begitu juga ketika waktu dzuhur orang ini tidak
mengerjakan shalat, setan tersenyum lebar sambil membatin,
" Rupanya inilah bakal teman sejatiku di akhirat nanti..!"

Ketika waktu ashar hampir habis tetapi temannya itu
dilihatnya masih juga asik dengan kegiatannya, setan
mulai terdiam......

Kemudian ketika datang waktunya magrib, temannya itu
ternyata tidak shalat juga, maka setan nampak mulai
gelisah, senyumnya sudah berubah menjadi kecut. Dari
wajahnya nampak bahwa ia seolah-olah sedang
mengingat-ngingat sesuatu. Dan akhirnya ketika
dilihatnya sahabatnya itu tidak juga mengerjakan
shalat Isya, maka setan itu sangat panik. Ia rupanya
tidak bisa menahan diri lagi, dihampirinya sahabatnya
yang manusia itu sambil berkata dengan penuh ketakutan,
"Wahai sobat, aku terpaksa memutuskan persahabatan kita !"
Dengan keheranan manusia ini bertanya, "Kenapa engkau
ingkar janji bukankah baru tadi pagi kita berjanji
akan menjadi sahabat ?".
"Aku takut !", jawab setan dengan suara gemetar.
"Nenek moyangku saja yang dulu hanya sekali
membangkang pada perintah-Nya, yaitu ketika menolak
disuruh sujud pada Adam, telah dilaknat-Nya; apalagi
engkau yang hari ini saja kusaksikan telah lima kali
membangkang perintah-Nya. Tidak terbayangkan olehku
bagaimana besarnya murka Allah kepadamu !", kata setan
sambil ngeloyor pergi. *

( Kisah diatas diambil dari buku "Tutur bersayap" )

Selasa, 13 Mei 2008

Sang Pemburu Jannah


Bara' bin Malik r.a

Lelaki perkasa ini tidak lain adalah saudara dari Anas bin Malik r.a,
khodim Rasulullah S.a.w. Keberanian dan keperkasaannya di medan laga
sudah sudah tidak diragukan lagi. Pernah dalam satu perang tanding
beliau berhasil menghabisi seratus jagoan dari kaum kafir. Baginya,
memasuki jannah dengan mati syahid adalah dambaan yang selalu dicarinya,
karena itu sejak perrang Uhud beliau tidak pernah absen menyertai
Rasulullah S.a.w dalam setiap pertempuran.

Ketika Abu Bakar r.a berkuasa, banyak terjadi pembangkangan, antara lain
pembangkangan Musailamah Al Kadzab yang mengaku sebagai Nabi. Segera Abu
Bakar memberangkatkan pasukan menggempur pasukan Musailamah yang
tangguh.
Pertempuran antar dua pasukan pun terjadi dengan serunya di Yamamah.
Bara` r.a seperti biasanya segera mengamuk menebas setiap musuh yang
berada didekatnya. Namun kekuatan musuh yang cukup solid hampir membuat
semangat tempur kaum muslimin mengendor. Segera Bara' berteriak dengan
suara yang lantang, " Wahai manusia! Demi Allah, tidak ada lagi bagiku
Madinah..! yang ada hanyalah jannah!".Lalu beliau pukul kudanya melesat
menyerbu ketengah-tengah kumpulan musuh. Melihat hal itu, sontak
semangat kaum muslimin kembali bangkit dan segera menyusul Bara'
menggempur musuh dengan satu tekad, mati menuju jannah. Akibatnya
pasukan Musailamah terdesak dan mundur memasuki benteng pertahanannya.

Untuk membobol pintu benteng, Bara' berinisiatif agar kawan-kawannya
melemparkan dirinya melewati atas benteng kemudian nanti beliau yang
akan membuka pintunya. Sungguh suatu keberanian yang luar biasa. Usul
itupun dilaksanakan. Setelah beliau berhasil masuk segera pintu benteng
dibukanya setelah sebelumnya harus menghabisi sepuluh nyawa pasukan
penjaga benteng. Bagaikan air bah pasukan muslimin segera memasuki
benteng dan menghabisi perlawanan Musailamah sang pendusta. Pada
peperangan ini Bara' harus merakan lebih dari 80 luka akibat serangan
lawan.

Kini, Bara' telah berada dalam pertempuran lain, perang dengan pasukan
penyembah api, satu diantaranya adi daya kekafiran saat itu; pasukan
Persia dengan segala perlengkapannya. Perang-pun berkecamuk dengan
dasyatnya, dan pasukan Persi ternyata menunjukkan kelasnya sebagai
pasukan elite. Mereka berhasil mendesak tentara muslimin. Maka
orang-orangpun berkata kepada Bara' bin Malik, " Wahai Bara',
sesungguhnya Rasulullah pernah bersabda kepadamu, sesungguhnya jika
engkau memohon kepada Allah S.W.T pasti Dia mengabulkan, maka berdo`alah
kepada-Nya untuk kehancuran musuh ".Bara' lalu berdo`a memohon
kehancuran pasukan musuh dan agar dirinya mendapat syahid bertemu dengan
Nabi-nya yang mulia. Allah mengabulkan doa`nya sehingga kaum muslimin
berhasil melumpuhkan lawan, dan Bara' pun memperoleh apa yang selama ini
dicita-citakannya, syahid dijalan Allah. Bara' ...betapa wangi merah
darahmu...kamipun rindu menyusulmu. Wallahu a`lam.

(Disarikan dari Shifatu Ash-Shofwah dan Rijal Khaula Rasul).
Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Jumat, 18 April 2008

Mengapa karyawan meningggalkan perusahaan (atau paling tidak sering ngedumel)?

Berikut ini petikan dari bukunya Haris Priyatna yang berjudul Azim Premji, "Bill Gates" dari India (terbitan Mizania 2007).

Azim Premji adalah milyuner muslim dari India yang telah menyulap Wipro, dari sebuah perusahaan minyak goreng menjadi konglomerasi perusahaan dengan salah satunya adalah Wipro Technologies yang merupakan ikon kebangkitan industri teknologi informasi di India . Dia urutan ke-21 orang terkaya di dunia versi Forbes 2007. Azim dikenal sebagai milyuner yang bergaya hidup sederhana.

Berikut ini pandangan Premji tentang mengapa karyawan betah dan tidak betah dengan perusahaan. Wipro sendiri memiliki tinkat turn-over (kepindahan) karyawan yang sangat rendah, padahal gajinya tidak lebih tinggi dibandingkan perusahaan sejenis seperti Infosys dan TCS.

Mengapa KARYAWAN meninggalkan perusahaan?

Banyak perusahaan yang mengalami persoalan tingginya tingkat pergantian karyawan. Betapa orang mudah keluar-masuk perusahaan itu. Orang meninggalkan perusahaan untuk gaji yang lebih besar, karier yang lebih menjanjikan, lingkungan kerja yang lebih nyaman, atau sekedar alasan pribadi. Tulisan ini mencoba menjelaskan persoalan ini.

Belum lama ini, Sanjay, seorang teman lama yang merupakan desainer software senior, mendapatkan tawaran dari sebuah perusahaan internasional prestisius untuk bekerja di cabang operasinya di India sebagai pengembang software. Dia tergetar oleh tawaran itu. Sanjay telah mendengar banyak tentang CEO perusahaan ini, pria karismatik yang sering dikutip di berita-berita bisnis karena sikap visionernya. Gajinya hebat. Perusahaan itu memiliki kebijakan SDM ramah karyawan yang bagus, kantor yang masih baru, dan teknologi mutakhir, bahkan sebuah kantin yang menyediakan makanan lezat.

Sanjay segera menerima tawaran itu. Dua kali dia dikirim ke luar negeri untuk pelatihan. "Saya sekarang menguasai pengetahuan yang paling baru", katanya tak lama setelah bergabung. Ini betul-betul pekerjaan yang hebat dengan teknologi mutakhir. Ternyata, kurang dari delapan bulan setelah dia bergabung, Sanjay keluar dari pekerjaan itu. Dia tidak punya tawaran lain di tangannya, tetapi dia mengatakan tidak bisa bekerja di sana lagi. Beberapa orang lain di departemennya pun berhenti baru-baru ini.

Sang CEO pusing terhadap tingginya tingkat pergantian karyawan. Dia pusing akan uang yang dia habiskan dalam melatih mereka. Dia bingung karena tidak tahu apa yang terjadi. Mengapa karyawan berbakat ini pergi walaupun gajinya besar ? Sanjay berhenti untuk satu alasan yang sama yang mendorong banyak orang berbakat pergi. Jawabannya terletak pada salah satu penelitian terbesar yang dilakukan oleh Gallup Organization. Penelitian ini menyurvei lebih dari satu juta karyawan dan delapan puluh ribu manajer, lalu dipublikasikan dalam sebuah buku berjudul First Break All the Rules.

Penemuannya adalah sebagai berikut:

Jika orang-orang yang bagus meninggalkan perusahaan, lihatlah atasan langsung/tertinggi di departemen mereka. Lebih dari alasan apapun, dia adalah alasan orang bertahan dan berkembang dalam organisasi. Dan dia adalah alasan mengapa mereka berhenti, membawa pengetahuan, pengalaman, dan relasi bersama mereka. Biasanya langsung ke pesaing. Orang meninggalkan manajer/direktur anda, bukan perusahaan, tulis Marcus Buckingham dan Curt Hoffman penulis buku First Break All the Rules.

Begitu banyak uang yang telah dibuang untuk menjawab tantangan mempertahankan orang yang bagus - dalam bentuk gaji yang lebih besar, fasilitas dan pelatihan yang lebih baik. Namun, pada akhirnya, penyebab kebanyakan orang keluar adalah manajer. Kalau Anda punya masalah pergantian karyawan yang tinggi, lihatlah para manajer/direktur Anda terlebih dahulu. Apakah mereka membuat orang-orang pergi? Dari satu sisi, kebutuhan utama seorang karyawan tidak terlalu terkait dengan uang, dan lebih terkait dengan bagaimana dia diperlakukan dan dihargai. Kebanyakan hal ini bergantung langsung dengan manajer di atasnya.

Uniknya, bos yang buruk tampaknya selalu dialami oleh orang-orang yang bagus. Sebuah survei majalah Fortune beberapa tahun lalu menemukan bahwa hampir 75 persen karyawan telah menderita di tangan para atasan yang sulit.

Dari semua penyebab stres di tempat kerja, bos yang buruk kemungkinan yang paling parah. Hal ini langsung berdampak pada kesehatan emosional dan produktivitas karyawan. Pakar SDM menyatakan bahwa dari semua bentuk tekanan, karyawan menganggap penghinaan di depan umum adalah hal yang paling tidak bisa diterima. Pada kesempatan pertama, seorang karyawan mungkin tidak pergi, tetapi pikiran untuk melakukannya telah tertanam. Pada saat yang kedua, pikiran itu diperkuat. Saat yang ketiga kalinya, dia mulai mencari pekerjaan yang lain. Ketika orang tidak bisa membalas kemarahan secara terbuka, mereka melakukannya dengan serangan pasif, seperti: dengan membandel dan memperlambat kerja, dengan melakukan apa yang diperintahkan saja dan tidak memberi lebih, juga dengan tidak menyampaikan informasi yang krusial kepada sang bos.

Seorang pakar manajemen mengatakan, jika Anda bekerja untuk atasan yang tidak menyenangkan, Anda biasanya ingin membuat dia mendapat masalah. Anda tidak mencurahkan hati dan jiwa di pekerjaan itu. Para manajer bisa membuat karyawan stres dengan cara yang berbeda-beda: dengan terlalu mengontrol, terlalu curiga, terlalu mencampuri, sok tahu, juga terlalu mengecam. Mereka lupa bahwa para pekerja bukanlah aset tetap, mereka adalah agen bebas. Jika hal ini berlangsung terlalu lama, seorang karyawan akan berhenti - biasanya karena masalah yang tampak remeh. Bukan pukulan ke-100 yang merobohkan seorang yang baik, melainkan 99 pukulan sebelumnya. Dan meskipun benar bahwa orang meninggalkan pekerjaan karena berbagai alasan, untuk kesempatan yang lebih baik atau alasan khusus, mereka yang keluar itu sebetulnya bisa saja bertahan, kalau bukan karena satu orang yang mengatakan kepada mereka, seperti yang dilakukan bos Sanjay: Kamu tidak penting. Saya bisa mencari puluhan orang seperti kamu.

Meskipun tampaknya mudah mencari karyawan, pertimbangkanlah untuk sesaat biaya kehilangan seorang karyawan yang berbakat. Ada biaya untuk mencari penggantinya. Biaya melatih penggantinya. Biaya karena tidak memiliki seseorang untuk melakukan pekerjaan itu sementara waktu. Kehilangan klien dan relasi yang telah dibina oleh orang tersebut. Kehilangan moril sejawat kerjanya. Kehilangan rahasia perusahaan yang mungkin sekarang dibocorkan oleh orang tersebut kepada perusahaan lain. Plus, tentu saja, kehilangan reputasi perusahaan. Setiap orang yang meninggalkan sebuah korporasi akan menjadi dutanya, entah tentang kebaikan atau keburukan.

Demikian pesan Azim Premji. Bagaimana pendapat Anda (sebagai bawahan maupun atasan) ?