Jumat, 29 Juli 2011
Puisi Rendra
Ketika semua orang memuji milikku..
Bahwa sesungguhnya semua ini hanyalah titipan..
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya..
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya..
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya..
Bahwa jabatanku hanyalah titipan-Nya..
Tetapi mengapa aku tak pernah bertanya..
Mengapa Dia menitipkan-nya padaku..?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku..?
Dan kalau bukan milikku..
Apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu..?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku..?
Mengapa hatiku justru terasa berat..
Ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya..?
Ketika titipan diminta kembali.. Kusebut itu sebagai musibah..
Kusebut itu sebagai ujian..
Kusebut itu sebagai petaka..
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja..
Untuk melukiskan kalau itu adalah derita..
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku..
Aku ingin lebih banyak harta..
Ingin lebih banyak mobil..
Lebih banyak popularitas..
Dan kutolak sakit dan derita..
Kutolak kemiskinan..
Seolah semua derita itu adalah hukuman bagiku..
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika..
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku..
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang dan bukan kekasih..
Kuminta Dia membalas segala perlakuan baikku..
Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku..
Padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah kepada-Mu..
Ketika Langit dan Bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja..
(Puisi terakhir WS. Rendra yang dituliskannya diatas ranjang Rumah Sakit, sebelum akhir hayatnya)
------------------------------------------------
Sent from my Roodzßerry® via INDOSAT
Senin, 25 Juli 2011
Berpikir Positif
Yang abadi adaℓah kεnangan
Yang ikhℓas hanya dari hati
Yang tuℓus hanya dari sanubari
Tidak mudah mεncari yang hiℓang
Tidak mudah mεngεjar impian
Namun yang ℓεbih susah mεmpεrtahankan yang sudah ada
Karεna waℓaupun tεrgεnggam bisa tεrℓεpas juga
Ingatℓah pada pεpatah,
"Jika kamu tidak mεmiℓiki apa yang kamu sukai, maka sukaiℓah apa yang kamu miℓiki saat ini"
Bεℓajar mεnεrima apa adanya dan bεrpikir positif....
Rumah mεwah bagai istana, harta bεnda yang tak tεrhitung, kεdudukan, dan jabatan yang ℓuar biasa, namun...
Kεtika nafas tεrakhir tiba, sεbatang jarum pun tak bisa dibawa pεrgi
Sεhεℓai bεnang pun tak bisa dimiℓiki
Apaℓagi yang mau dipεrεbutkan
Apaℓagi yang mau disombongkan
Maka jaℓaniℓah hidup ini dεngan kεinsafan nurani
Jangan tεrℓaℓu pεrhitungan
Jangan hanya mau mεnang sεndiri
Jangan suka sakiti sεsama apaℓagi tεrhadap mεrεka yang bεrjasa bagi kita
Bεℓajarℓah, tiada hari tanpa kasih
Sεℓaℓu bεrℓapang dada dan mengaℓah
Hidup cεria, bεbas ℓεℓuasa...
Tak ada yang tak bisa di ikhℓaskan....
Tak ada sakit hati yang tak bisa dimaafkan
Tak ada dεndam yang tak bisa tεrhapus..
Jaℓaniℓah hidup ini dεngan sεgala sifat positif yang kita miℓiki....
------------------------------------------------
Sent from my Roodzßerry® via INDOSAT
Kamis, 21 Juli 2011
Sudah punya, tak lagi indah
Yang punya Blackberry merasa i-phone lebih canggih dan keren.
Yang punya Accord merasa Camry lebih sportif.
Yang punya Camry merasa Accord lebih gagah.
Yang tinggal di gunung merindukan pantai.
Yang tinggal di pantai merindukan gunung.
Di musim kemarau merindukan musim hujan.
Di musim hujan merindukan musim kemarau.
Yang berambut hitam mengagumi yang pirang.
Yang berambut pirang mengagumi yang hitam.
Diam di rumah merindukan bepergian.
Setelah bepergian merindukan rumah.
Ketika masih jadi karyawan ingin jadi Entrepreneur supaya punya time freedom...
Begitu jadi Entrepreneur ingin jadi karyawan, biar gak pusing...
Waktu tenang mencari keramaian.
Waktu ramai mencari ketenangan.
Saat masih bujangan, pengin punya suami ganteng/istri cantik.
Begitu sudah dapat suami ganteng/istri cantik, pengin yang biasa2 saja, bikin cemburu aja/ takut selingkuh..
Punya anak satu mendambakan banyak anak.
Punya banyak anak mendambakan satu anak saja.
Kita tidak pernah bahagia sebab segala sesuatu tampak indah hanya sebelum dimiliki.
Namun setelah dimiliki tak indah lagi.
Kapankah kebahagiaan akan didapatkan kalau kita hanya selalu memikirkan apa yang belum ada namun mengabaikan apa yang sudah dimiliki ?
"Jadilah pribadi yang selalu bersyukur... Bersyukurlah senantiasa dengan berkat Yαnƍ sudah kita miliki"."Bagaimana mungkin selembar daun yg kecil dpt menutupi bumi yg luas ini?
Jgnkan bumi, menutupi
telapak tangan saja sulit.
Namun bila daun kecil ini menempel di mata kita, maka tertutuplah bumi!"
Begitu jg bila hati ditutupi pikiran buruk sekecil apapun maka kita akan melihat keburukan dimana-mana.
Bumi ini pun akan tampak buruk.
Jangan menutup mata kita walaupun hanya dgn daun yg kecil.
Jgn menutupi hati kita walaupun hanya dgn sebuah pikiran buruk/negatif!
Bila hati kita tertutup,
tertutuplah semua ...
Karna itu bukalah mata hati kita ...:) ;) ☆º
------------------------------------------------
Sent from my Roodzßerry® via INDOSAT
Rabu, 20 Juli 2011
Kultum WANITA
"Wanita perlu taat kepada suami. Tapi tahukah, bahwa lelaki wajib taat kepada Ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada Bapaknya...
Wanita menerima warisan lebih sedikit dari pada Lelaki. Tapi tahukah bahwa harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada Suaminya, sementara apabila Lelaki menerima warisan, Ia perlu/wajib juga menggunakan hartanya untuk Isteri dan anak-anaknya.
Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak. Tapi tahukah bahwa setiap saat dia didoakan oleh segala umat, malaikat dan seluruh makhluk ALLAH di muka bumi ini. Dan tahukah, jika ia mati karena melahirkan adalah Syahid dan Surga akan menantinya...
Di akhirat kelak, seorang lelaki akan dipertanggung jawabkan terhadap 4
wanita, yaitu:
1.Isterinya,
2.Ibunya,
3.Anak Perempuannya dan
4.Saudara Perempuannya.
Artinya: bagi seorang wanita tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki.
Yaitu:
1.Suaminya,
2.Ayahnya,
3.Anak Lelakinya dan
4.Saudara Lelakinya.
Seorang wanita boleh memasuki pintu surga melalui pintu surga yang mana saja yang disukainya, cukup dengan 3 syarat saja, yaitu :
1.Sholat 5 waktu,
2.Puasa di bulan Ramadhan,
3.Taat kepada Suaminya, dan
Seorang lelaki wajib berjihad fisabilillah, sementara bagi wanita jika taat akan suaminya serta menunaikan tanggungjawabnya kepada ALLAH SWT, maka ia akan turut menerima pahala setara seperti pahala orang pergi berjihad fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.
Sebarkan tausyiah ini kepada saudara muslim-mu yg lain, semoga pahala mengalir kepadamu juga....;)
Di kirim khusus utk wanita cantik ...
:)Bersabar saat tertekan
:)Tersenyum di saat hati menangis
:)Diam saat terhina
:)Mempesona krn memaafkan
:)Mengasihi tanpa pamrih
:)Bertambah kuat di dlm doa & pengharapan.
------------------------------------------------
Sent from my Roodzßerry® via INDOSAT
Selasa, 19 Juli 2011
Sikap Umar bin Khattab ketika Istri Marah
Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar. Apa yang membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun lawan, berdiam diri saat istrinya ngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal di luar sana, ia selalu tegas pada siapapun? Umar berdiam diri karena ingat 5 hal. Istrinya berperan sebagai BP4. Apakah BP4 tersebut?
1. Benteng Penjaga Api Neraka
Kelemahan laki-laki ada di mata. Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya, niscaya panah-panah setan berlesatan dari matanya, membidik tubuh-tubuh elok di sekitarnya. Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak, membangkitkan raksasa dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya satu hal; syahwat.
Adalah sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai buah di kemudian hari. Adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak diterimanya. Ia malah mendapatkan dua kenikmatan; dunia dan akhirat. Maka, ketika Umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api, ia akan ingat pada istri, pada penyelamat yang melindunginya dari liukan indah namun membakar. Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi dengan liukan yang sama, lebih indah malah. Membawanya ke langit biru. Melambungkan raga hingga langit ketujuh. Lebih dari itu, istri yang shalihah selalu menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.
2. Pemelihara Rumah
Pagi hingga sore suami bekerja. Berpeluh. Terkadang sampai mejelang malam. Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul dan terkadang tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli ini beli itu. Untunglah ada istri yang selalu menjaga,
memelihara. Agar harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tak menguap sia-sia. Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam, tanpa bayaran.
Jika suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang sudi? Berapa pula ia mau dibayar. Niscaya sulit menemukan pemelihara rumah yang lebih telaten daripada istrinya. Umar ingat betul akan hal itu. Maka tak ada salahnya ia mendengarkan omelan istri, karena (mungkin) ia lelah menjaga harta-harta sang suami yang semakin hari semakin membebani.
3. Penjaga Penampilan
Umumnya laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian warna gelap. Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar. Atasan dan bawahan sering tak sepadan. Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaiannya, memilihkan apa yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu.
4. Pengasuh Anak-anak
Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar, kokoh dan kuat. Jika ada yang salah dengan pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan. Bila tunas membanggakan, lebih dulu suami maju ke depan, mengaku “akulah yang membuatnya begitu”. Baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar akan hal itu.
5. Penyedia Hidangan
Pulang kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras, beraktivitas seharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di meja makan suami cuma tahu ada hidangan; ayam panggang kecap, sayur asam, sambal terasi dan lalapan. Tak terpikir olehnya harga ayam melambung; tadi pagi istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi anggaran. Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilah-milah cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja untuk istri; si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.
Dengan mengingat lima peran ini, Umar kerap diam setiap istrinya ngomel. Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di pundaknya. Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan untuknya.
Untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah. Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga terhindar pertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji. Akankah suami-suami masa kini dapat mencontoh perilaku Umar ini. Ia tak hanya berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman bagi keluarganya.
Senin, 18 Juli 2011
Kafir tanpa sadar
Yang menyebabkan kekafiran, adalah sifat pada Perkataan dan Perbuatan.
Sifat kekafiran terwujud pada keduanya dengan syarat:
Telah dinyatakan dalam dalil syar'i
Contoh : Hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari
Dalam Shahih Al-Bukhari, kitab Al-iman,
bab Kufur terhadap keluarga dan Kufrun Duna Kufrin.
Pada bab tersebut. Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas,
bahwa Nabi saw bersabda: Aku diperlihatkan neraka, ternyata
kebanyakan penghuninya adalah wanita yang pada kufur.
Beliau ditanya, "Apakah mereka kufur kepada Allah?"
Beliau menjawab, "Mereka kufur (mengingkari) terhadap
suaminya dan mereka mengingkari terhadap kebaikan."
(Hadits no.29) Al-Bukhari juga meriwayatkan dalam
kitab Al-Haidh dari Abu Sa'id bahwa Nabi saw melewati
beberapa wanita, maka beliau bersabda: Wahai kaum wanita,
bersedekahlah, karena sesungguhnya, aku melihat kalian
yang paling banyak menjadi penghuni neraka.
Mereka bertanya, "Kenapa wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab, "Karena kalian sering melaknat dan kufur
terhadap suami."(Hadits no. 3040)
Dalam hadits tersebut, Rasulullah saw mensifati wanita yang
tidak memberikan hak suaminya (al-asyir) dan tidak
mensyukuri kebaikan suami dengan sifat kufur.
Namun qariinah yang menyertai hadits menunjukkan bahwa
yang dimaksud adalah kufur kecil, bukan kufur besar yang
menyebabkan keluar dari Islam.
Qariinah yang menyertai hadits itu adalah ketika mereka
bertanya, "Apakah mereka kufur kepada Allah?"
Beliau saw mengingkarinya dan dalam hadits satunya
beliau memerintah
kaum wanita bersedekah untuk menghapus kemaksiatan-
kemaksiatan tersebut, sedangkan sedekah itu hanya berguna
bagi orang yang beriman (beragama Islam),
berdasarkan sabda Rasulullah saw:
Dan sedekah itu menghapuskan kesalahan sebagai mana
air memadamkan api.
(Hadits ini diriwayatkan At-Tirmidzi dan dia mengatakan,
"Hadits ini hasan shahih.")
Padahal, sedekah dari orang kafir itu tidak diterima, tidak
pula menghapus dosanya.
Ini berdasarkan firman Allah:
Sesungguhnya, Allah tidak akan mengampuni dosa syirik
(QS. An-Nisa: 48)
Maka, hal itu menunjukkan bahwa mereka beriman.
Meskipun, kemaksiatan mereka disifati sebagai kekufuran,
namun ini adalah kufur kecil.
Contoh lain, adalah sabda Rasulullah saw:
Mencela seorang Muslim merupakan salah satu bentuk
kefasikan, sedang membunuhnya merupakan salah satu
bentuk kekafiran.
Juga sabda Rasulullah saw: Janganlah kalian kembali kafir
sepeninggalku, yaitu dengan saling membunuh satu sama
lain.
Kedua hadits diatas diriwayatkan oleh Al-Bukhari.
Beliau menyebut membunuh orang muslim dengan
kekafiran, begitu pula dengan saling membunuh.
Sedangkan nash–nash lain menyatakan
bahwa orang yang membunuh namun sesuai syar'i tidaklah
kafir. Ini berdasarkan firman Allah: Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang
merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita.
Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan
dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan)
mengikuti dengan cara yang baik,
dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat)
kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula).
Yang demikian itu adalah suatu keringanan
dari Tuhan kamu dan suatu rahmat.
Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu,
maka baginya siksa yang sangat pedih[111].
(QS. Al-Baqarah: 178)[111].
Qishaash ialah mengambil pembalasan yang sama.
Qishaash itu tidak dilakukan, bila yang membunuh
mendapat kema'afan dari ahli waris yang terbunuh yaitu
dengan membayar diat (ganti rugi) yang wajar.
Pembayaran diat diminta dengan baik, umpamanya
dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang
membunuh hendaklah membayarnya dengan baik,
umpamanya tidak menangguh-nangguhkannya.
Bila ahli waris si korban sesudah Tuhan menjelaskan
hukum-hukum ini, membunuh yang bukan si pembunuh,
atau membunuh si pembunuh setelah menerima diat,
maka terhadapnya di dunia diambil qishaash dan di akhirat
dia mendapat siksa yang pedih. Dalam suatu riwayat
dikemukakan bahwa ketika Islam hampir disyariatkan,
pada jaman Jahiliyah ada dua suku bangsa Arab
berperang satu sama lainnya. Di antara mereka ada yang
terbunuh dan yang luka-luka, bahkan mereka membunuh
hamba sahaya dan wanita. Mereka belum sempat
membalas dendam karena mereka masuk Islam.
Masing-masing menyombongkan dirinya dengan jumlah
pasukan dan kekayaannya dan bersumpah tidak ridho
apabila hamba-hamba sahaya yang terbunuh itu tidak
diganti dengan orang merdeka, wanita diganti dengan pria.
Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 178) yang
menegaskan hukum qishash.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber
dari Sa'id bin Jubair.)
Demikianlah, Allah menetapkan persaudaraan iman
antara orang yang membunuh dan wali dari yang terbunuh.
Demikian pula dalam keadaan saling berperang
sebagai mana firman Allah:
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman
ituberperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya!
Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang
lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu
perangi sampai surut kembali pada perintah Allah.
Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya
menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil;
sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
berlaku adil. (QS. Al-Hujurat: 9)
Demikianlah, Allah menamakan mereka dengan
kelompok beriman, meskipun mereka saling berperang.
Ini menunjukkan bahwa kekafiran yang disebut dalam
hadits-hadits di atas tidaklah menghapuskan keimanan
sehingga kekufuran yang dimaksud adalah kufur kecil
atau kufrun duna kufrin.
Insyaallah bersambung...
(Sumber : Aziz, Syaikh Abdul Qadir bin Abdul.
Kafir Tanpa Sadar : Seringkali kekafiran terjadi tanpa
kita sadari. Kapankah itu? Solo : media Islamika, 2006)
What are the critical success factors for IT project managers?
May 30, 2001 |
Condensed by TechRepublic from Gartner IT Management Reports
Most enterprises desperately need IT project managers. However, IT contractors who also consider themselves project managers should be aware that the requirements of the job are changing.
Increasingly, companies are looking for well-rounded individuals who are natural leaders with business savvy. Gartner research suggests that putting such individuals in the role of IT project manager will, over time, result in greater overall IT project success.
|
By 2003, 75 percent of enterprises will require IT project managers who possess a mix of business knowledge, technical skills, and leadership skills. |
Project management
While developing a certification program for IT project mangers, we conducted extensive research on the IT project manager role. We learned that the basics of project management have evolved from the methodologies of construction projects and engineering programs from which they originated.
When we asked experienced IT project managers to indicate the process or methodological knowledge and skills required to manage a typical project, they agreed on the following basics:
· Preliminary project planning: Adopting an appropriate risk-management approach and determining project-sponsor tolerance levels
· Preliminary project planning: Developing a communication plan with "teeth"
· Project execution: Resource management of the highest order
· Project closure: Capturing lessons learned
Beyond methodology
Our research also revealed knowledge and skills beyond methodology that experienced IT project managers reported to be missing in failed project work. These factors are often termed the business and leadership areas and will increasingly be required of contractors who wish to succeed in the role of IT project manager. They include:
· Knowledge of the impact of the project on business processes and dependent information systems.
· Knowledge of the enterprise culture and operating procedures.
· The ability to serve as an advocate for team members.
· The ability to communicate risks, expectations, and success criteria to upper management.
All too often, projects fail when a project manager neglects changes in the organization and technical environment. This type of failure is propagated by checklist-style management tasks in many project management methodologies. It is also important to align the project methodology with enterprise culture and procedures.
Leadership and interpersonal skills
The combination of the technical complexities of current enterprise infrastructure and the negative employment rates for key IT job roles has elevated and intensified the role of project manager as team advocate. Case studies have shown that failed projects were often plagued by problems that result from the project manager's lack of rapport with other teams. Due to this lack of rapport, these teams were not able to identify risks or negative developments in the project in a timely fashion and, consequently, were unable to manage the situations appropriately.
Our research identified an additional factor that relates to rapport-building skills: the ability of the project manager to effectively relate to upper management. Beyond the need for simple communication skills, our research shows that project managers with self-confidence and good executive presence perform better at key turning points in a project than those without these skills.
Key points
· The ideal IT project manager is now a well-rounded individual and natural leader with business savvy.
· Important project skills include planning communication, managing resources, and capturing lessons learned.
· Beyond the project, important factors include knowledge of business processes and dependent information systems and communication with upper management.
Jumat, 15 Juli 2011
Hukum Istri Pergi Meninggalkan Rumah dan Melawan Suami dalam Islam
Minggu, 10 Juli 2011
Istri Yang Dianggap Durhaka
Apakah Anda termasuk Istri yang durhaka kepada suami?
Apabila dipanggil oleh suaminya ia tidak datang.
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:“Apabila suami memanggil isterinya ke tempat tidur. ia tidak datang nescaya malaikat melaknat isteri itu sampai Subuh.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Membantah suruhan atau perintah suami.
Sabda Rasulullah SAW: ‘Siapa saja yang tidak berbakti kepada suaminya maka ia mendapat laknat dari Allah dan malaikat serta semua manusia.”
Bermuka masam terhadap suami.
Sabda Rasulullah SAW: “Siapa saja perempuan yang bermuka masam di hadapan suaminya berarti ia dalam kemurkaan Allah sampai ia senyum kepada suaminya atau ia meminta keredhaannya.”
Jahat lidah atau mulut pada suami.
Sabda Rasulullah SAW: “Dan ada empat golongan wanita yang akan dimasukkan ke dalai Neraka (diantaranya) ialah wanita yang kotor atau jahat lidahnya terhadap suaminya.”
Membebankan suami dengan permintaan yang diluar kemampuannya.
Keluar rumah tanpa izin suaminya.
Sabda Rasulullah SAW: “Siapa saja perempuan yang keluar rumahnya tanpa ijin suaminya dia akan dilaknat oleh Allah sampai dia kembali kepada suaminya atau suaminya redha terhadapnya.” (Riwayat Al Khatib)
Berhias ketika suaminya tidak disampingnya.
Maksud firman Allah: “Janganlah mereka (perempuan-perempuan) menampakkan perhiasannya melainkan untuk suaminya.” (An Nur 31)
Menghina pengorbanan suaminya.
Maksud Hadis Rasulullah SAW: “Allah tidak akan memandang (benci) siapa saja perempuan yang tidak berterima kasih di atas pengorbanan suaminya sedangkan dia masih memerlukan suaminya.”
Mengijinkan masuk orang yang tidak diijinkan suaminya ke rumah
maksud Hadis: “Jangan ijinkan masuk ke rumahnya melainkan yang diijinkan A suaminya.” (Riwayat Tarmizi)
Tidak mau menerima petunjuk suaminya.
Maksud Hadis: “Isteri yang durhaka hukumnya berdosa dan dapat gugur nafkahnya ketika itu. Jika ia tidak segera bertaubat dan memint ampun dari suaminya, Nerakalah tempatnya di Akhirat kelak. Apa yang isteri buat untuk suami adalah semata-mata untuk mendapat keredhaan Allah SWT”
Sabtu, 09 Juli 2011
10 Wasiat untuk wanita
Sesungguhnya kemaksiatan menghancurkan negeri dan menggoncang kerajaan. Oleh karena itu jangan engkau goncangkan rumahmu dengan berbuat maksiat kepada Allah.
Wahai hamba Allah! jagalah Allah maka Dia akan menjagamu beserta keluarga dan rumahmu. Sesungguhnya ketaatan akan mengumpulkan hati dan mempersatukannya, sedangkan kemaksiatan akan mengoyak hati dan menceraiberaikan keutuhannya.
Karena itulah, salah seorang wanita shalihah jika mendapatkan sikap keras dan berpaling dari suaminya, ia berkata: Aku mohon ampun kepada Allah! itu terjadi karena perbuatan tanganku (kesalahanku) Maka hati-hatilah wahai saudariku muslimah dari berbuat maksiat, khususnya:
- Meninggalkan shalat
- Duduk di majlis ghibah dan namimah
- Menjelekkan dan mengejek orang lain.
- Membiarkan suami dalam kemaksiatannya.
2. Berupaya mengenal dan memahami suami
Hendaknya engkau berupaya memahami suamimu. Apa–apa yang ia sukai, berusahalah memenuhinya dan apa-apa yang ia benci, berupayalah untuk menjauhinya dengan catatan selama tidak dalam perkara maksiat kepada Allah karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Al-Khaliq (Allah Azza Wajalla).
3. Ketaatan yang nyata kepada suami dan bergaul dengan baik.
Sesungguhnya hak suami atas istrinya itu besar. Rasulullah bersabda: Seandainya aku boleh memerintahkanku seseorang sujud kepada orang lain niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya (HR. Imam Ahmad dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Al-Albany).
Ketahuilah, engkau termasuk penduduk surga dengan izin Allah, jika engkau bertakwa kepada Allah dan taat kepada suamimu. Dengan ketaatanmu pada suami dan baiknya pergaulanmu terhadapnya, engkau akan menjadi sebaik-baik wanita (dengan izin Allah).
4. Bersikap qanaah (merasa cukup)
Kami menginginkan wanita muslimah ridha dengan apa yang diberikan untuknya baik itu sedikit ataupun banyak.
Maka janganlah ia menuntut di luar kesanggupan suaminya atau meminta sesuatu yang tidak perlu.
5. Baik dalam mengatur urusan rumah tangga, seperti mendidik anak-anak, menjaga kebersihan rumah dan menatanya dengan baik dan menyiapkan makan pada waktunya.Termasuk pengaturan yang baik adalah istri membelanjakan harta suaminya pada tempatnya (dengan baik), maka ia tidak berlebih-lebihan dalam perhiasan dan alat-alat kecantikan.
6. Baik dalam bergaul dengan keluarga suami dan kerabat-kerabatnya, khususnya dengan ibu suami sebagai orang yang paling dekat dengannya.
Wajib bagimu untuk menampakkan kecintaan kepadanya, bersikap lembut, menunjukkan rasa hormat, bersabar atas kekeliruannya dan engkau melaksanakan semua perintahnya selama tidak bermaksiat kepada Allah semampumu.
7. Menyertai suami dalam perasaannya dan turut merasakan duka cita dan kesedihannya.
Jika engkau ingin hidup dalam hati suamimu, maka sertailah ia dalam duka cita dan kesedihannya.
8. Bersyukur (berterima kasih) kepada suami atas kebaikannya dan tidak melupakan keutamaannya.
Wahai istri yang mulia! Rasa terima kasih pada suami dapat kau tunjukkan dengan senyuman manis di wajahmu yang menimbulkan kesan di hatinya, hingga terasa ringan baginya kesulitan yang dijumpai dalam pekerjaannya. Atau engkau ungkapkan dengan kata-kata cinta yang memikat yang dapat menyegarkan kembali cintamu di hatinya. Atau memaafkan kesalahan dan kekurangannya dalam menunaikan hak-hakmu dengan membandingkan lautan keutamaan dan kebaikannya kepadamu.
9. Menyimpan rahasia suami dan menutupi kekurangannya (aibnya).Istri adalah tempat rahasia suami dan orang yang paling dekat dengannya serta paling tahu kekhususannya. Bila menyebarkan rahasia merupakan sifat yang tercela untuk dilakukan oleh siapapun, maka dari sisi istri lebih besar dan lebih jelek lagi. Saudariku, simpanlah rahasia-rahasia suamimu, tutuplah aibnya dan jangan engkau tampakkan kecuali karena maslahat yang syar’i seperti mengadukan perbuatan dzalim kepada Hakim atau Mufti atau orang yang engkau harapkan nasehatnya.
10. Kecerdasan dan kecerdikan serta berhati-hati dari kesalahan.Termasuk kesalahan adalah: Seorang istri menceritakan dan menggambarkan kecantikan sebagian wanita yang dikenalnya kepada suaminya. Padahal Rasulullah telah melarang hal itu dalam sabdanya: Janganlah seorang wanita bergaul dengan wanita lain lalu mensifatkan wanita itu kepada suaminya sehingga seakan-akan suaminya melihatnya (HR. Bukhary dalam An-Nikah).
Untuk para istri yang berhasrat menjadi penyejuk hati dan mata suaminya. Semoga Allah memeliharamu dalam naungan kasih sayang dan rahmatNya. Amin.
Wallahu amlam bish showab…
Sahabatmu,
Muhammad Jibriel Abdul Rahman
Rabu, 06 Juli 2011
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB ISTRI
Diantara tanggung jawab istri kepada diri sendiri diantaranya adalah :
1. Menuntut ilmu syar’i
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim” (HR. Ibnu Majah)
Yaitu :
- Ilmu tentang prinsip-prinsip ‘aqidah dan keimanan (Rukun Iman)
- Ilmu tentang apa-apa yang diwajibkan dalam rukun Islam :syahadat, sholat, zakat, puasa, dan haji.
- Ilmu-ilmu penunjang yang bermanfaat lainnya.
Seorang ibu rumah tangga wajib menuntut ilmu (agama),seperti: bagaimana menjaga sikap, tabiat dan kewajibannya dalam keluarga, mengetahui tentang pembatal-pembatal syahadat, wajib mengetahui bagaimana cara thaharah dan sholat yang benar, dan yang lain sebagainya. Tidak boleh terjadi pada seorang ibu bahwa ia tidak mengetahui tentang hukum-hukum haidh, padahal haidh adalah sesuatu yang rutin mendatanginya. Banyak terjadi bahwa seorang istri/wanita/ibu yang alergi dengan ilmu agama, buku-buku agama (bahkan Al-Qur’an), ceramah-ceramah agama dan ilmu agama lainnya. Hal itu disebabkan karena ke-egoisannya, hawa nafsunya, sudah merasa benar menurut dirinya sendiri sehingga tidak pernah mau menerima nasehat (koreksi)dari orang lain karena tidak pernah mau tahu bahwa sikap dan perbuatannya salah, dan tidak mau menerima kebenaran dari sumber manapun (bahkan dari A-Qur’an dan Sunnah) selain dari logikanya sendiri (hanya yang cocok dengan logikanya saja).
Bagaimana seorang ibu rumah tangga bisa menuntut ilmu(agama) di sela-sela kesibukannya mengurus rumah tangga ? Hal yang pertama bahwa ia harus menumbuhkan perasaan butuh dan cinta kepada ilmu. Jika seseorang telah mampu menumbuhkan perasaan itu pada dirinya, maka ia akan memanfaatkan semua kesempatan dimana ia bisa memperoleh ilmu, baik dalam majelis-majelis ilmu atau membaca buku-buku. Dalam seminggu, usahakanlah untuk dapat bermajelis ilmu minimal satu kali. Bisa ia menghadiri majelis-majelis ilmu secara khusus, atau bermajelis dengan suaminya untuk saling membacakan satu pembahasan dalam buku agama. Selain itu, ia bisa memanfaatkan beberapa waktu luang dengan membaca buku agama saat kesibukan belum menderanya, misalnya 15 – 20 menit sebelum sholat shubuh;atau 15 – 20 menit setelah ‘isya’ di saat anak-anak telah tidur di pembaringannya.
2. Mengamalkan ilmu yang telah diperoleh.
Adalah menjadi hal yang mutlak lagi wajib untuk mengamalkan ilmu. Amal adalah buah ilmu. Barangsiapa yang berilmu namun tidak beramal, ia laksana tumbuhan yang tidak memberikan manfaat bagi makhluk hidup di sekitarnya. Ilmu bisa menjadi pembela atau malah jadi bencana bagi diri kita sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :
“Al-Qur’an itu bisa menjadi pembela bagimu atau menjadi bencana bagimu” (HR. Muslim)
Contoh mudah yang bisa kita lakukan adalah ketika kita tahu bagaiamana cara wudhu yang benar dari penjelasan Ustadz atau hasil membaca buku; maka dengan tidak menunda-nunda kita praktekkan pada diri kita jikalau mau melaksanakan sholat. Jika kita tahu tentang bahaya syirik, maka dengan segera kita bersihkan diri dan rumah tangga kita dari hal-hal yang berbau syirik seperti : menjauhi ritual-ritual yang mengarah ke syirik,membuang segala macam jimat, rajah, gambar makhluk hidup, atau benda pusaka keramat peninggalan leluhur (yang tentunya harus dikomunikasikan secara bijaksana jika itu tradisi atau milik suami, tetapi kewajiban menjauhi syirik tetap paling utama). Dan yang lain sebagainya.
Tanggung Jawab Istri pada Suami
Tanggung jawab istri kepada suami terkait erat dengan pemenuhan hak-hak suami oleh istri. Harus menjadi satu pemahaman bahwa seorang laki-laki adalah pemimpin bagi wanita. Seorang suami adalah pemimpin bagi istri dan anak-anaknya di rumahnya. Allah swt berfirman : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)” (QS. An-Nisaa’ : 34).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah menggambarkan keagungan hak suami yang harus dipenuhi oleh istrinya dengan sabdanya : “Gambaran hak suami yang harus dipenuhi oleh istrinya adalah seandainya pada kulit suaminya itu ada borok (luka), lalu dia (istri) menjilatinya, maka dia belum benar-benar memenuhi hak suaminya” (HR. Ibnu Abi Syaibah 4/2/303 no. 17407; hasan ).
“Seandainya aku boleh menyuruh seorang manusia untuk bersujud kepada manusia lainnya, niscaya akan aku suruh seorang wanita untuk bersujud kepada suaminya” (HR. At-Tirmidzi).
Ketaatan istri kepada suaminya merupakan salah satu faktor yang akan membawanya masuk surga. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Jika seorang wanita mengerjakan sholat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan taat kepada suaminya, maka akan dikatakan kepadanya : ‘Masuklah ke dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau sukai” (HR. Ibnu Hibban , shahih).
Beberapa kewajiban istri yang harus dipenuhi kepada suaminya antara lain adalah :
1. Patuh kepada perintah suami
Hushain bin Mihshan mengkisahkan : Bahwasannya bibinya pernah mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wasalam untuk satu keperluan. Setelah menyelesaikan keperluannya, maka Nabi berkata kepadanya : ‘Apakah engkau bersuami ?’. Aku menjawab : ‘Ya’. Beliau melanjutkan : ‘Bagaimana sikapmu terhadapnya ?’. Aku menjawab : ‘Aku tidak pernah membantahnya/menolaknya kecuali pada perkara yang tidak sanggup aku lakukan’. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Maka perhatikanlah sikapmu terhadapnya, karena sesungguhnya dia (suamimu) adalah surga dan nerakamu” (HR. Ahmad).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang model wanita yang paling baik, maka beliau menjawab : “Dia dalah seorang wanita yang patuh saat suaminya menyuruhnya, menarik saat suaminya memandangnya, menjaga kemuliaan suami dengan memelihara kehormatannya sendiri, dan mengurus harta suami” (HR. An-Nasa’i ,shahih).
Catatan : Taat ini dengan syarat : Hanya dalam hal yang ma’rufbukan dalam hal yang berbau syirik dan maksiat.
“Tidak ada ketaatan dalam perbuatan maksiat kepada Allah. Ketaatan hanya boleh dilakukan dalam kebaikan” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka, seorang istri tidak boleh taat kepada suaminya jika ia menyuruh untuk membuka jilbab, menemani seorang laki-laki yang bukan mahram tanpa ada suaminya, berbohong, dan lain-lain. Namun bukan pula berarti ia membatalkan ketaatannya secara keseluruhan. Ia tetap wajib taat pada hal-hal yang mubah dan yang disyari’atkan.
2. Tetap tinggal di rumah dan tidak keluar rumah kecuali setelah mendapat ijin dari suami.
Allah berfirman : “Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyyah dahulu” (QS. Al-Ahzab : 33).
Tinggal di dalam rumah adalah hukum asal bagi seorang wanita. Ia tidak boleh keluar melainkan dengan sebab dan syarat. Sebabnya adalah karena hajat, dan syaratnya adalah ijin dari suami, berpakaian syar’i, tidak memakai wangi-wangian, dan yang lainnya (yang akan dijelaskan kemudian).
Untuk hal-hal yang sifatnya rutinitas dimana ia telah mendapatkan ijin dari suami secara umum, maka ia boleh keluar tanpa seijin suaminya (walau meminta ijin tetap lebih baik). Misalnya : keluar rumah untuk belanja di warung, menyapu halaman, dan lainnya.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan salah satu sebab mengapa wanita tinggal di dalam rumah : “Wanita itu adalah aurat. Apabila ia keluar rumah, maka akan dibanggakan oleh syaithan” (HR. At-Tirmidzi).
Hingga dalam permasalahan ibadah (sholat di masjid), rumah tetap lebih baik bagi seorang wanita, sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam: “Janganlah kalian melarang kaum wanita pergi ke masjid; akan tetapi sholat di rumah adalah lebih baik bagi mereka” (HR. Abu Dawud)
3. Menerima ajakan suami.
Ini hukumnya wajib. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya, namun istrinya tersebut menolak (tanpa udzur yang dibenarkan syari’at) maka para malaikat akan melaknatnya hingga waktu shubuh tiba” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
4. Tidak memasukkan seseorang ke dalam rumah kecuali dengan seijin suami.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya kalian (para suami) memiliki hak yang harus dipenuhi mereka (para istri), agar mereka tidak mengijinkan seorangpun masuk ke pembaringanmu seseorang yang tidak kamu sukai” (HR. Muslim).
“Dan janganlah seorang wanita mengijinkan seseorang masuk ke dalam rumah suaminya sementara dia (suami) ada di sana, kecuali dengan ijin suaminya tersebut” (HR. Muslim).
Larangan ini berlaku untuk orang-orang yang memangsuaminya tidak meridhainya. Namun bila orang tersebut termasuk orang-orang yang diridhai – semisal kaum kerabat -, maka ia diperbolehkan menerimanya masuk ke rumahnya dengan tetap menjaga kehormatan dirinya. Jika orang/tamu tersebut laki-laki bukan termasuk mahram (semisal : teman kerja suami atau tetangga), maka ia diperbolehkan untuk menerima dengan catatan aman dari fitnah dan menghindari khalwat (berdua-duaan). Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita kecuali bersama mahramnya” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
5. Tidak bersedekah dengan harta suami kecuali mendapat ijin darinya
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Janganlah seorang wanita menginfakkan sesuatu dari rumah suaminya kecuali seijin suaminya tersebut” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
6. Berterima kasih kepada suami dan tidak mengingkari kebaikannya, serta memperlakukan suami dengan baik.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak berterima kasih kepada suaminya, padahal ia tidak mungkin lepas dari ketergantungan padanya” (HR. Nasa’i)
Berterima kasih ini tidak hanya sebatas lisan, tapi terwujud pada penampakan rasa bahagia dan nyaman selama mendampingi suami dan melayani kebutuhannya dan kebutuhan anak-anaknya, tidak mengabaikannya, tidak mengeluh dengan segala kondisi yang dialami bersamanya, dan yang lainnya.
7. Tidak mengungkit-ungkit kebaikannya kepada suami, jika kebetulan dia menafkahi suami dan anak-anaknya.
Adakalanya seorang suami diberi cobaan berupa sakit, cacat, atau yang semisalnya sehingga ia tidak bisa memberi nafkah sebagaimana mestinya; yang dengan itu istri menjadi tulang punggung keluarga untuk mencari nafkah. Haram hukumnya mengungkit-ungkit kebaikannya itu. Allah telah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)” (QS. Al-Baqarah : 264).
8. Selalu menjaga keutuhan rumah tangga dan tidak menuntut cerai tanpa alasan yang dibenarkan oleh syari’at.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Wanita mana saja yang menuntut cerai kepada suaminya tanpa ada masalah yang berarti (menurut kacamata syari’at), maka diharamkan baginya wangi bau surga” (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah , Ahmad).
Dan ingatlah wahai para wanita bahwa engkau telah Allah jadikan salah satu perhiasan dunia. Dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah” (HR. Muslim).
Tanggung Jawab Istri pada Anak
1. Menyusui anak hingga usia dua tahun.
Allah swt berfirman: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan” (QS. Al-Baqarah : 233).
2. Mengasuh, memperhatikan, dan memelihara anak dengan nafkah yang baik (halal) yang diberikan oleh suami.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah memerintahkan kepada Hindun radliyallaahu ‘anhaa: “Ambillah dengan baik (dari harta suamimu) sebatas mencukupi keperluanmu dan anakmu” (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Mendidik anak dengan pendidikan yang baik dan Islami.
Hal utama yang harus diberikan dan diperhatikan adalah pendidikan agama, sebab pendidikan ini merupakan dasar yang akan membentuk tingkah laku anak di kemudian hari. Penanaman aqidah tauhid yang kuat adalah mutlak diberikan. Anak harus tahu kewajiban dan tugas mengapa ia dilahirkan di muka bumi, yaitu untuk beribadah kepada Allah semata tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Juga dengan penanaman prinsip-prinsip keimanan dalam rukun iman. Kemudian diikuti dengan penanaman kewajiban yang termasuk dalam rukun Islam yang lain seperti sholat, zakat, puasa, dan haji. Dari konsep pembangunan anak yang beriman dan beramal shalih, tentu saja harapan kita kelak ia menjadi sesuatu yang berharga yang dapat bermanfaat bagi kita di akhirat. Dan itulah yang diisyaratkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam:“Apabila seseorang meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal, yaitu : shadaqah jariyyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau anak shalih yang mendoakannya” (HR. Muslim). Wallahu ta'ala a’lam